Total Tayangan Halaman

Selasa, 23 Juli 2013

Arsitektur Sunda (Kampung Baduy)

          Banyak sekali ragam arsitektur sunda yang menarik kita pelajari, mulai dari bentukan bangunannya... atau ada yang lebih menarik lagi yaitu dari kebudayaan serta adat istiadat didalamnya. yu coba kita bahas beberapa kampung sunda untuk sekedar inspirasi kita atau sebagai wawasan buat kita. eehhmmnn mari kita mulai dari kampung baduy :) 


             Kampung Baduy

Kampung Baduy terletak  di pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak – Rangkasbitung, Banten. Orang dari kampung baduy biasanya disebut dengan orang baduy, tetapi mereka sendiri lebih suka menyebut diri mereka sendiri dengan nama urang kanekes atau orang kanekes, atau dipanggil sesuai dengan nama kampung mereka seperti Urang Cibeo.





Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat kampung baduy adalah bahasa sunda. Dan masyarakat kampung baduy mempunyai cara hidup yang berbeda serta merak a menutup diri dari pengaruh dunia luar dan menjaga cara hidup mereka yang tradisional.
Masyarakat suku baduy dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1.      Tangtu
Disebut juga baduy dalam atau kanekes dalam, kelompok masyarakat yang paling menjaga dan mengikuti adat. Kelompok masyarakat ini tinggal di tiga kampung yaitu kampung Cibeo, Cikertawana dan Cikeusik. Ciri khas dari masyarakat baduy dalam ini adalah cara mereka berpakaian, yang mana pakaian mereka berwarna putih alami dan biru tua dengan memakai ikat kepala berwarna putih.
2.      Panamping
Disebut juga baduy luar ( kanekes luar), kelompok masyarakat ini tinggal di berbagai kampung yang mengelilingi wilayah baduy dalam, diantaranya kampung Cikadu, Kaduletuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu dan lain-lain. Ciri khas dari masyarakat baduy luar adalah memakai pakaian dan ikat kepala yang berwarna hitam.

3.      Dangka
Untuk kelompok masyarakat ini tinggal di luar wilayah kanekes, yaitu di kampung Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).Dan kampung ini memiliki peranan atau berfungsi sebagai wilayah yang menyaring (buffer zone) pengaruh dari luar wilayah kanekes. 

Kepercayaan masyarakat suku baduy adalah pemujaan kepada arwah nenek moyang. Dan mata pencaharian sebagian besar masyarakat suku baduy adalah bertani padi huma. Kehidupan masyarakat suku baduy  yang tidak terpengaruh dunia luar dimana jauh dari peradaban perkotaan dan kemajuan teknologi. Meskipun demikian masyarakat suku baduy yang hidup sederhana ini dapat hidup tentram dan nyaman.






Keserangaman masyarakat suku baduy terlihat juga dari rumah-rumah suku baduy yang mana dibangun atau dibuat dengan mengunakan bahan dari alam seperti dari bambu, kayu, dan rotan. Untuk atapnya mereka menggunakan ijuk atau daun pandan.
Pembangunan rumah di kampung baduy harus mengikuti adat yang berlaku, dimana seluruh  rumah harus menghadap utara dan selatan dan saling berhadapan. Dan masyarakat suku baduy berusaha tidak mengubah atau mengolah keadaan lahannya untuk mendirikan rumah. Itu cara mereka menghoramati dan memperlakukan alam. Dan mereka berusaha memanfaatkan keadaan dan kondisi lahan yang ada. 
Hasilnya tatanan permukiman mereka menyatu dengan alam. Yang mana setiap rumah suku baduy berdiri mengikuti kontur atau kemiringan tanah. Dan menjadi keunikan dan ciri khas kampung baduy.